Wargata.com, Sulsel - Insiden tragis yang menimpa pengunjung di Pantai Ammani, Desa Mattiro Sompe, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan pada Sabtu Kemarin (5/4/2025) sore.
Insiden tersebut mengakibatkan Enam pengunjung asal Kabupaten Wajo terseret ombak saat berenang dan Tiga orang berhasil diselamatkan, Namun Tiga lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Namun demikian, Pantai Ammani terpantau pada Minggu, (6/4/2025) masih tetap terbuka dan semakin ramai pengunjung di Sore Hari tanpa adanya penutupan sementara, bahkan tidak adanya pemasangan rambu-rambu bahaya ataupun peringatan di sepanjang pantai untuk diperhatikan wisatawan seperti tidak berenang di zona bahaya dan berenang terlalu jauh ke tengah lautan
Kepala Desa Mattirotasi, Amor Paturusi menyebut bahwa tidak ada pengelolaan resmi yang berjalan saat ini. “Dulu sempat dikelola oleh Desa, tapi karena banyak pemilik warung menolak berkontribusi, akhirnya kami lepas, Sekarang masing-masing warung kelola sendiri,” Kata Kades Mattirotasi di Depan Awak Media Wargata.com, Minggu, (6/4/2025)
"Maunya dibantu saya, karena Satu orang saya tindaki, Sepuluh Orang yang berteriak, saya mendukung Jika ada pemberhentian sementara, mau itu dari penerima tamu ataupun Sekaligus", Ucap Kepala Desa Mattirotasi
Tak hanya itu, Ia pun mengungkapkan, bahwa dari total 40 warung yang beroperasi di sepanjang bibir pantai, hanya 9 diantaranya bersedia menyetor iuran untuk keamanan. Bahkan, iuran yang semula disepakati sebesar Rp. 5.000 per basket ikan pun ditolak oleh sebagian besar pengusaha kecil di sana.
“Beberapa bangunan semi permanen itu juga hanya dicaplok begitu saja tanpa izin resmi,” Imbuh Kepala Desa Mattirotasi, Amor Paturusi.
Lebih lanjut, bahwa atas insiden tersebut pihaknya akan segera menggelar rapat bersama atas instruksi Bupati Pinrang untuk membentuk pengelolaan satu pintu. Ia menegaskan, akan ada tindakan tegas terhadap pemilik warung yang enggan mengikuti aturan, termasuk kemungkinan pemberhentian usaha mereka
Sangat disayangkan keselamatan pengunjung belum menjadi prioritas, Pasalnya tidak ada lifeguard, rambu peringatan, ataupun pelampung yang disiapkan secara standar. Hanya beberapa warung yang menyediakan penjagaan, selebihnya beroperasi tanpa pengawasan
“Saya prihatin, kesadaran pengusaha sangat kurang, Padahal wisata ini bisa meningkatkan ekonomi warga,” ujar Amor yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pantai Ammani.
Selain itu, ia pun menyebut jika Pantai Ammani belum memiliki legalitas penuh sebagai objek wisata resmi, meski kelompok sadar wisata di desa telah mengantongi SK dari Dinas Pariwisata. Akan tetapi hingga saat ini belum ada SOP keselamatan yang diterapkan di lokasi.
Menurut data sementara, lebih dari 500 orang diberdayakan secara tidak langsung di area wisata itu. Namun absennya sistem pengelolaan yang jelas membuat potensi konflik dan risiko terus mengintai. Amor bahkan menyebut sudah beberapa kali terjadi insiden tenggelam, termasuk seorang anggota kepolisian yang pernah jadi korban.
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Dinas Pariwisata. Pihak Polres Pinrang dikabarkan tengah menyelidiki insiden terakhir ini dan membuka kemungkinan adanya unsur kelalaian. “Pantai ini punya potensi besar, tapi kalau terus dibiarkan seperti ini, akan terus menimbulkan korban,” Ungkap Amor kepada Media ini.
Sementara Kapolsek Mattiro Sompe, Polres Pinrang, AKP Demianus yang dikonfirmasi Langsung melalui Telpon Genggam maupun Chat WhatsApp, belum menanggapi terkait hal tersebut hingga tayangnya berita ini, Senin, (7/4/2025).
Sedangkan Kasat Reskrim Polres Pinrang, IPTU Andi Reza Pahlawan yang ditemui Langsung oleh Media ini belum banyak memberikan tanggapan terkait hal itu. Namun ia menyebut akan memberikan Himbauan kepada Pengunjung.
(MW/SL/SM)
Berita Terkait: